PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Hias

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Hias

Penggunaan Benih dan Varietas Tanaman Krisan




Penggunaan benih yang berkualitas sangat penting untuk diperhatikan dalam proses produksi tanaman krisan.  Benih yang berkualitas dalam hal ini adalah benih dengan kemurnian genetik tinggi, sehat (bebas patogen terutama penyakit sistemik), tidak mengalami gangguan fisiologis, mempunyai daya tumbuh kuat dan memiliki nilai komersial di pasaran. Benih yang sehat dan prima selain berpotensi untuk tumbuh secara optimal juga responsif terhadap agro-input yang diberikan yang selanjutnya dapat mempengaruhi performa pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya kualitas bunga yang dihasilkan.
 
Pemilihan varietas yang ditanam juga penting untuk diperhatikan pada proses produksi tanaman krisan. Selain preferensi konsumen terhadap warna, bentuk dan tipe bunga, karakter lain yang spesifik dan menguntungkan (dalam hal ini mengurangi agro input), seperti ketahanan/toleransi terhadap patogen penting, juga layak mendapat perhatian dalam pemilihan varietas yang ditanam. Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung telah merilis beberapa varietas krisan dengan keunggulan komparatif diantaranya warna bunga yang cerah dan tahan terhadap penyakit karat, varietas-varietas tersebut diantaranya adalah Puspita Nusantara, Puspita Kencana, Sakuntala dan Dewi Ratih.
Benih tanaman krisan dapat berupa stek pucuk tanpa akar, stek pucuk berakar, anakan maupun tanaman muda hasil aklimatisasi dari kultur jaringan.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benih tanam krisan.
 
Stek pucuk tanpa akar (unrooted cutting)
Pucuk diambil dari tunas aksiler yang tumbuh dari tanaman induk yang sehat.  Pemilihan stek pucuk didasarkan pada tunas aksiler yang telah mempunyai 5 - 7 daun sempurna, mempunyai performa pertumbuhan tunas yang baik, dan tidak terserang hama penyakit penting serta tidak terdapat gejala gangguan fisiologis.  Stek dipanen dengan cara memotong tunas aksiler dengan menyisakan 2 - 3 daun pada batang tanaman induk, kemudian ditempatkan pada wadah di tempat yang lembab.  Daun stek dipotong dengan menyisakan 2 daun sempurna, dan pangkal ujung batang stek dipotong sedikit.  Stek-stek yang telah dirompes, kemudian disemprot/dicelupkan dengan larutan fungisida dan bakterisida untuk mengurangi kemungkinan serangan hama penyakit, kemudian ujung pangkal batang stek diolesi zat perangsang tumbuh akar yang sudah dibuat pasta sebelumnya.  Stek kemudian ditiriskan kira-kira 2 - 5 menit, kemudian langsung ditanam pada bedengan tanam.  Media tumbuh dijaga kelembabannya dengan cara menyiram bedengan dengan air dan selanjutnya tanaman dipelihara.
 
Cara ini tidak dianjurkan pada pertanaman krisan untuk produksi bunga. Beberapa kelemahan yang mungkin terjadi bilamana penanaman menggunakan stek pucuk tidak berakar adalah :
  1. Terjadi stagnasi pertumbuhan apikal stek, karena pertumbuhan awal pucuk tanpa akar terfokus pada pertumbuhan akar terlebih dahulu.
  2. Terjadi stress pada stek, karena pucuk tanpa akar relatif lebih sensitif dan rentan terhadap kondisi lingkungan lahan yang lebih terbuka dan ekstrim.
  3. Kemungkinan serangan hama penyakit yang lebih dini.
  4. Pertumbuhan stek yang tidak seragam, hingga akhirnya berakibat pada pertumbuhan tanaman dewasa yang tidak seragam pula.
  5. Rentannya stek tanpa akar terhadap kondisi lingkungan tanam yang ekstrim, kemungkinan serangan hama penyakit serta gangguan fisiologis lainnya yang mengganggu pertumbuhan stek dapat berakibat pada kematian stek, sehingga diperlukan penyulaman.  Penyulaman dalam jumlah besar selain menambah ongkos tenaga kerja, juga akan menambah benih stek yang disiapkan untuk bahan tanam, sehingga proses produksi menjadi kurang efisien dan ekonomis.  
 
Stek pucuk berakar (rooted cutting)
Penggunaan stek berakar sebagai bahan tanam dianjurkan dalam proses budidaya krisan.  Cara ini dapat mengurangi kelemahan penggunaan stek tanpa akar diantaranya adalah:
  1. Kemungkinan stagnasi pertumbuhan apikal stek lebih kecil, karena proses adaptasi stek berakar pada lahan lebih cepat.
  2. Stek berakar relatif lebih tahan terhadap kondisi lahan yang lebih terbuka pada bedengan, sehingga toleransi tanaman muda terhadap stress akibat perubahan lingkungan tanam akan lebih besar.
  3. Kemungkinan serangan hama penyakit yang lebih dini dapat diminimalisasi.
  4. Pertumbuhan stek dan tanaman selanjutnya dapat lebih seragam.
  5. Kematian stek akibat perubahan lingkungan tanam, kemungkinan serangan hama penyakit serta gangguan fisiologis lainnya dapat tereduksi, sehingga proses produksi lebih efisien dan ekonomis.
 
Stek berakar bisa didapat dari penangkar benih krisan komersial atau dengan mengakarkan stek krisan tanpa akar pada media pengakaran terlebih dahulu.  Pucuk diambil dari tunas aksiler yang tumbuh dari tanaman induk yang sehat dan tumbuh optimal.  Stek sebagai bahan tanam sangat dianjurkan berasal dari kebun tanaman induk untuk produksi stek dan bukan dari tanaman produksi bunga.  Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas stek yang dihasilkan dan tanaman muda yang ditanam.  Proses produksi dan pengelolaan kebun tanaman induk untuk produksi stek dijelaskan secara integral pada bab selanjutnya.
Stek pucuk diambil dari tunas aksiler yang telah mempunyai 5 - 7 daun sempurna, mempunyai performa pertumbuhan apikal yang baik, dan tidak terserang hama penyakit penting serta tidak terjadi gangguan fisiologis.  Stek dipanen dengan cara memotong tunas aksiler dengan menggunakan pisau atau gunting stek steril dan menyisakan 2 - 3 daun pada batang tanaman induk. Stek kemudian ditempatkan pada wadah di tempat yang lembab.  Daun stek dipotong dengan menyisakan 2 daun sempurna, dan pangkal ujung batang stek dipotong sedikit.  Stek-stek yang telah dirompes, kemudian disemprot/dicelupkan dengan larutan fungisida dan bakterisida untuk mengurangi kemungkinan serangan hama penyakit, kemudian ujung pangkal batang stek diolesi zat perangsang tumbuh akar yang sudah dibuat berupa pasta. Stek kemudian ditiriskan kira-kira 2 - 5 menit, dan selanjutnya ditanam pada media pengakaran stek yang sudah disiapkan dengan cara membenamkan pangkal batang stek sedalam 1 - 2 cm ke dalam media tanam.
 
Lingkungan pengakaran dijaga kelembabannya dengan memberikan air pada media stek 1 - 2 hari sekali dan stek dipelihara dalam kondisi hari panjang.  Stek akan berakar dan siap ditanam (transplant) pada lahan bedengan setelah melalui proses pengakaran setidaknya selama 14 hari.  Stek yang telah berakar kemudian dapat ditanam pada lahan bedengan dalam rumah lindung yang telah disiapkan sebelumnya.  Stek dipelihara dalam kondisi hari panjang dan pemeliharaan tanaman muda hingga dewasa secara lebih rinci dijelaskan pada bab selanjutnya pada panduan ini.
 
Sulur anakan
Sulur cabang anakan juga dapat digunakan sebagai bahan tanam produksi krisan.  Sulur anakan tumbuh dari batang di dalam tanah dan yang muncul ke permukaan.  Sulur anakan biasanya sudah berakar dan dapat dipotong dan langsung ditanam pada lahan bedengan.  Cara ini pun tidak dianjurkan karena pertumbuhan sulur anakan tidak seragam, sehingga pertumbuhan tanaman muda pun tidak merata.
 
Kultur Jaringan (tissue culture)
Bahan tanam lain yang dapat digunakan adalah tanaman muda teraklimatisasi dari planlet hasil kultur jaringan.  Tanaman muda hasil kultur jaringan biasanya lebih sehat, vigor dan seragam. Proses kultur jaringan membutuhkan peralatan dan bahan kimia yang relatif mahal, pelaksana yang terdidik dan terlatih serta tempat yang khusus dan terproteksi serta steril. (irm)