PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Hias

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Hias

Perbanyakan Klonal Anthurium Secara In Vitro untuk Produksi Benih Anthurium




Anthurium (Anthurium andraeanum) termasuk kelompok terbesar genus Araceae. Tanaman yang berasal dari Meksiko dan Colombia ini telah tersebar ke beberapa negara dan mudah beradaptasi baik di lingkungan tropis maupun subtropis. Saat ini, negara eksportir anthurium terbesar adalah Belanda untuk memenuhi pasar Eropa dan Hawaii untuk mensuplai pasar Amerika. Negara-negara pengekspor bunga potong lainnya antara lain Colombia, Israel, Italia, Srilangka, Thailand, Taiwan, dan Kenya. Mayoritas bunga anthurium yang diekspor merupakan hasil persilangan, melalui program pemuliaan tanaman anthurium.

Kegiatan pemuliaan bunga anthurium bertujuan untuk: (1) meningkatkan keragaman genetik tanaman dan (2) menghasilkan anthurium sesuai tujuan pemuliaan, antara lain: perbaikan kualitas warna bunga, ketahanan penyakit, vase life maupun peningkatan produksi. Salah satu tujuan program pemuliaan anthurium di Balai Penelitian Tanaman Hias adalah untuk mendapatkan anthurium dengan peningkatan kualitas dan produksi anthurium sesuai preferensi pasar.

Balai Penelitian Tanaman Hias - Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura melalui program pemuliaan tanaman anthurium telah menghasilkan tujuh varietas anthurium antara lain Violeta (rilis tahun 2007), Red Flamingo, Mutiara, Permatahati, Putri Gunung (rilis tahun 2008), dan varietas Jamrud serta Red Saphire (rilis tahun 2010).

Kegiatan perakitan varietas anthurium masih dilakukan dan dikembangkan karena preferensi konsumen yang dinamis, cepat berubah dan adanya kebijakan pengurangan impor. Untuk mendukung produksi benih varietas unggul baru anthurium yang telah dihasilkan melalui program persilangan, diperlukan teknologi perbanyakan klonal yang mampu menghasilkan benih dalam jumlah banyak dan seragam, true to type, dan dalam waktu yang tidak lama, dibandingkan dengan perbanyakan konvensional melalui anakan.

Pada umumnya benih anthurium diperbanyak melalui biji dan bagian vegetatif tanaman, yaitu anakan maupun stek batang. Cara perbanyakan ini memerlukan waktu yang cukup lama sehingga menjadi hambatan dalam produksi benih untuk skala industri. Perbanyakan secara konvensional juga menghasilkan benih terbatas, dalam waktu 1 tahun hanya diperoleh 5–8 anakan. Perbanyakan vegetatif secara konvensional yang lama dan benih terbatas ini menjadi hambatan teradopsinya varietas unggul baru oleh masyarakat pengguna, akibat belum tersedianya benih varietas unggul baru anthurium. Beberapa klon-klon unggul anthurium hasil persilangan yang telah terpilih melalui uji preferensi konsumen, belum dapat diadopsi secara luas karena terkendala keterbatasan benih yang tersedia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memanfaatkan teknologi perbanyakan benih secara masal dan seragam melalui kultur in vitro. Perbanyakan anthurium secara in vitro dilakukan melalui beberapa tahapan. Daun anthurium yang masih menggulung sebagai eksplan untuk perbanyakan in vitro lain: (1) pengambilan dan pemilihan eksplan dari lapang, (2) sterilisasi eksplan, (3) penanaman eksplan, (4). induksi kalus, dan (5) regenerasi kalus menjadi plantlet.

Pengambilan dan Pemilihan Eksplan Pengambilan eksplan dilakukan pada tanaman sehat, bebas hama dan penyakit. Eksplan dipotong dengan menggunakan pisau steril di bagian daun yang masih menggulung. Eksplan daun yang masih menggulung dan pangkal daun klon anthurium diambil dari rumah plastik, diberi kode sesuai nomor klon tanaman anthurium. Sterilisasi Eksplan Sterilisasi eksplan dilakukan dengan membersihkan daun anthurium yang menggulung dengan air mengalir, selanjutnya dicuci dengan detergen dan dibilas dengan air bersih. Daun yang masih menggulung direndam dalam larutan streptomisin sulfat 20% dan benomil 50% selama 30 menit, dilanjutkan dengan perendaman dengan klorok 5% selama 10 menit. Eksplan selanjutnya dibilas dengan aquades steril hingga bersih. Di dalam (LAF), daun menggulung direndam dalam alkohol 70% selama 5 menit, kloroks 5% selama 10 menit dan dibilas aquades hingga bersih. Eksplan daun yang masih menggulung dipotongpotong dan dilukai, selanjutnya ditanam di media kultur sesuai perlakuan.